Berbicara tentang kearifan lokal kita akan menemui kata dalam bahasa Sunda yang bunyinya “Tata Titi Duduga Peryoga”. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan kata- kata tersebut. Untuk mengetahui arti dari kata – kata tersebut dan makna mendalam dari kalimat “Tata Titi Duduga Peryoga. Penulis akan mencoba menjelaskannya satu per satu.
“Tata” kalimat tersebut berasal dari kata Tataman yang artinya Semut Hitam, dalam hal ini kita disuruh mempelajari sifat dari Tataman (Semut) tersebut.Pelajaran pertama dari semut kita akan melihat bentuk fisik semut tersebut. Semut mempunyai ukuran kepala yang lebih besar dari badannya, kepala yang besar disini berfungsi membantu tugasnya sebagai penjaga pintu masuk sarannya.Di dalam kepala semut tersebut terdapat 2 antena yang menjalar dari kepalanya. Antena tersebut berfunngsi sebagai detektor atau radar untuk mengenali apakah semut yang lainnya termasuk anggotanya atau bukan dengan cara memeriksa dengan antena di kepala tersebut. Jika bukan anggota keluarganya dia tidak akan mengijinkan untuk memasuki sarangnya serta mengusirnya bahkan kalau perlu di akan bertempur habis-habisan untuk mengusir semut asing atau hewan lain tersebut supaya tidak memasuki sarangnya. Semut biasanya hidup berkoloni, dalam koloni tersebut terdiri dari Ratu Semut,Semut Pejantan,Semut Prajurit dan Semut Pekerja.Ratu semut berukuran lebih besar dari yang lainnya tugasnya melahirkan bayi-bayi semut . Semut pejantan bertugas membuat hamil ratu semut tersebut. Semut prajurit bertugas melindungi koloni,berburu dan menemukan tempat baru untuk membangun sarang.Sedangkan yang terakhir adalah Semut Pekerja yang semuanya betina dan mandul dengan kata lain ia tidak akan melahirkan.Tugasnya adalah menjaga ratu semut serta bayi-bayinya dan memberi makan serta membersihkannya, selain itu mereka bekerja lain dalam koloni tersebut.Mereka membangun gang –gang baru dalam sarang,mencari makan dan membersihkan sarang. Di antara para semut pekerja dan prajurit juga terjadi pembagian lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Di antara mereka terdapat kelompok peternak, kelompok pembangun sarang dan kelompok pencari makanan. Sertiap kelompok mempunyai pekerjaan yang berbeda. Ketika satu kelompok bertempur melawan musuh atau berburu, satu kelompok yang lain membangun sarang, dan yang lain lagi bertanggung jawab dalam kebersihan dan perbaikan sarang.Dalam perut semut pekerja terdapat persediaan makanan, hal tersebut di gunakan jika persediaan makanan menipis. Semut pekerja akan berubah menjadi semut pemberi makan ia akan memberikan cadangan makanan yang ada dalam perut mereka kepada semut yang lainnya. Jika persediaan makanan sudah kembali cukup mereka akan berubah kembali menjadi semut pekerja.
Pelajaran yang dapat di petik dari menelaah maksud kata Tataman adalah sebagai berikut:
Ø Kita di haruskan hidup berkoloni.
Ø Semut hidupnya tidak mementingkan diri sendiri, apalagi kita manusia sebagai makhluk yang berakal.
Ø Semut mempunyai sipat penolong dan perhatian terhadap sesamanya.
Ø Seiap semut senantiasa memberikan kebaikan terhadap teman-temannya terlebih dulu kemudian dirinya sendiri.
Kata yang kedua kalimat “Tata Titi Duduga Peryoga” adalah Titi. Apa yang di maksud dengan Titi tersebut? Titi adalah kependekan dari Titinggi.
Titingi ( Sikaki Seribu ) adalah hewan yang hidup di tempat yang lembab dan mengandung sampah. Meskipun hidup di tempat yang kotor dia senantiasa bersih bahkan kulitnya berkilap ia akan melingkarkan badannya jika ada bahaya yang mengancam jiwanya. Pelajaran yang dapat dipetik dari perilaku Titinggi adalah:
Ø Meskipun hidup di tempat yang kotor kita harus menunjukan perilaku yang terpuji (bersih)
Kata yang ketiga adalah Duduga. Apa itu Duduga? Duduga adalah hap-hap yaitu hewan sejenis bunglon, warna hewan tersebut kecoklatan, dia hidup di pohon- pohon besar dan tinggi. Dia suka menggoyang-goyangkan pohon tersebut meskipun tidak mungkin bergoyang karena tubuhnya kecil.Pelajaran yang dapat di petik dari perilaku Duduga adalah sbb:
Ø Kita harus sadar diri dengan keadaan diri kita, jangan melakukan hal yang tak mungkin di kerjakan dalam hal ini introveksi ke dalam diri kita sendiri.
Dan yang terakhir dari kalimat “Tata Titi Duduga Peryoga” adalah Peryoga. Apakah peryoga itu? Peryoga adalah Rinyuh ( Rayap ). Rayap adalah serangga kecil yang menyerupai semut. Mereka hidup berkoloni dan membangun sarang raksasa untuk diri mereka sendiri. Satuan terkecil pembangun sarang tersebut adalah bata-bata mungil yang terbuat dari tanah, yang dibuat rayap-rayap pekerja dengan mencampurkan air liur mereka sebagai bahan perekat. Ukuran sarang rayap kadang dapat mencapai tiga sampai empat meter. Arsitektur sarang yang menyerupai bangunan pencakar langit raksasa bila dibandingkan dengan ukuran tubuh rayap itu sendiri, sungguh sangat menakjubkan.
Bagian dalam sarang rayap dipenuhi dengan lorong-lorong sempit. Di bagian dalam lorong-lorong tersebut, terdapat sekitar satu setengah juta rayap yang bekerja bersama dengan keharmonisan yang luar biasa.
Ketika kita mengamati penampang melintang sebuah sarang rayap, kita akan menemukan sebuah bilik khusus untuk ratu, sejumlah areal pertanian, gudang-gudang penyimpan dan lorong-lorong pengatur kondisi udara.
Rayap melakukan pekerjaan pembangunan dan perbaikan sarang. Selain itu, mereka juga senantiasa siap menghadapi musuh yang mungkin datang, serta bercocok tanam dalam sarang mereka dengan menanam jamur.
Kelangsungan hidup populasi besar seperti ini tergantung pada kondisi terpenting, yaitu kestabilan suhu dalam sarang dan keseim-bangan kadar air. Pemecahan masalah ini benar-benar sempurna. Papan-papan paralel dibuat di areal atap sarang rayap ini. Papan-papan yang terbuat dari lumpur tersebut mampu menyerap kandungan air yang dikeluarkan oleh tubuh rayap. Air ini menguap akibat panas di bagian dalam dan keluar menuju bagian atas melalui celah-celah pengatur kondisi udara pada sarang tersebut. Penguapan ini menurun-kan suhu dalam sarang dan juga menjamin kesinambungan sirkulasi udara. Panel-panel dalam sarang rayap melakukan fungsinya sebagai pengatur kondisi udara secara sempurna tanpa cacat.
Terdapat contoh memukau lainnya tentang pengetahuan konstruksi rayap. Spesies rayap lain, yang hidup di dataran Australia Utara, membuat sarang dengan bentuk menyerupai pisau belati, yakni sangat lebar dengan bagian tepi yang sangat tipis. Rahasia sarang ini terletak pada posisi sudutnya terhadap matahari. Rayap membangun sarangnya dengan sudut tertentu sehingga pada siang hari, ketika matahari berada di puncak ketinggi-an, sangat sedikit permukaan sarang yang terkena sinar matahari. Dengan demikian, panas yang diterima menjadi minimum. Sudut yang sama dipakai pada setiap sarang rayap jenis ini tanpa kesalahan.
Tapi, yang sesungguhnya paling menakjubkan adalah rayap yang mengerjakan semua bangunan megah ini ternyata buta. Jadi, bagaimana makhluk teramat kecil yang tak mampu melihat barang sesentimeter pun di depannya, mampu membangun menara raksasa berdasarkan perhitungan teknik yang rumit? Bagaimana satu setengah juta rayap dalam satu sarang mampu melakukan kerjasama sempurna seperti ini?
Masing-masing (rayap) pekerja meletakkan adonan lumpur pada suatu tempat tertentu sebagaimana diinginkan oleh sebuah Rancangan Induk. Bagaimana mereka mampu mengerjakan hal tersebut, kita masih belum mengetahuinya.
Rancangan luar biasa yang tidak dapat dimengerti manusia, namun dipatuhi rayap tanpa sanggahan tersebut, adalah ilham yang diberikan Allah kepada makhluk ini.
Pelajaran yang dapat di petik dari memperhatikan perilaku Peryoga ( Rayap ) adalah Sebagai berikut:
Ø Untuk mencapai tujuan yang besar di akan bekerja sedikit-sedikit di sesuikan dengan kemampuan (kondisi)
Ø Patuh terhadap rancangan induk ( Ketetapan ) yang telah di gariskan
Ø Saling tolong menolong dalam bekerja
Ø Mampu melakukan tugas yang rumit walaupun cacat ( Buta )
Ø Tidak melupakan bekal sehari-hari (makanan) walaupun mempunyai tugas besar
Begitulah para karuhun kita sangat memperhatikan anak cucunya. Di memberikan pelajaran yang amat berharga kepada kita sebagai generasi penerusnya. Di menggabungkan kata Tataman Titinggi Duduga Peryoga menjadi sebuah kalimat sederhana yang mengandung makna sangat mendalam untuk di jadikan suri tauladan dalam kehidupan kita. Hal tersebut sejalan dengan Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Baqoroh Ayat 32 yang artiya “ Tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telang Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.Juga dalam Al-Quran Surat Yunus ayat 6 yang artinya “Dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi orang-orang yang bertakwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar